Belum lama ini, tim penelitian tersebut menemukan keterkaitan antara
air liur dengan risiko kematian. Mereka menemukan bahwa tingkat antibodi
rendah dalam air liur terkait dengan peningkatan risiko kematian dan
berfungsi sebagai indikator awal risiko kematian. Para peneliti
melakukan pengamatan pada 639 orang yang berusia minimal 63 tahun dengan
mengambil sampel air liur mereka pada tahun 1995. Sampel tersebut
digunakan untuk melihat tingkat sekresi imunoglobulin A atau IgA.
Imunoglobulin A atau dikenal juga dengan antibodi adalah protein yang
mensekresi sel darah putih. Ini sangat penting untuk memerangi penyakit
menular.
Setelah 19 tahun kemudian para peserta tersebut diperiksa mengenai tingkat kematian yang diukur berdasarkan jenis kelamin, kelompok kerja, merokok, dan juga penggunaan obat-obatan. Akhirnya peneliti menemukan hubungan negatif antara tingkat sekresi IgA dengan penyebab kematian peserta penelitian. Analisis yang para peneliti lakukan menunjukkan hubungan semua penyebab tersebut berkaitan dengan kematian karena kanker, terutama kanker non paru-paru.
Para peneliti menjelaskan seperti yang dilansir melalui medicaldaily.com, bahwa ada sejumlah faktor yang dapat memengaruhi produksi serta menjaga kadar antibodi. Ada beberapa faktor yang berada di luar kontrol tubuh seperti usia, sakit, tetapi keadaan umum kesehatan tubuh juga dapat memengaruhi antibodi. Selain itu, stres, diet, olahraga, alkohol dan rokok juga dapat memengaruhi kondisi antibodi.
Peneliti mengatakan bahwa perlu penyelidikan lebih lanjut untuk menggunakan sampel air liur sebagai bahan check up. Ini karena peneliti harus memahami jalur di mana tingkat sekresi harus dianggap sebagai penyebab kondisi tersebut. Jika antibodi ditemukan sangat rendah, ini akan menjadi indikator awal yang menunjukkan risiko. Para peneliti berencana untuk menindaklanjuti dan menyelidiki hubungan antara temuan mereka dengan penyakit menular.
Setelah 19 tahun kemudian para peserta tersebut diperiksa mengenai tingkat kematian yang diukur berdasarkan jenis kelamin, kelompok kerja, merokok, dan juga penggunaan obat-obatan. Akhirnya peneliti menemukan hubungan negatif antara tingkat sekresi IgA dengan penyebab kematian peserta penelitian. Analisis yang para peneliti lakukan menunjukkan hubungan semua penyebab tersebut berkaitan dengan kematian karena kanker, terutama kanker non paru-paru.
Para peneliti menjelaskan seperti yang dilansir melalui medicaldaily.com, bahwa ada sejumlah faktor yang dapat memengaruhi produksi serta menjaga kadar antibodi. Ada beberapa faktor yang berada di luar kontrol tubuh seperti usia, sakit, tetapi keadaan umum kesehatan tubuh juga dapat memengaruhi antibodi. Selain itu, stres, diet, olahraga, alkohol dan rokok juga dapat memengaruhi kondisi antibodi.
Peneliti mengatakan bahwa perlu penyelidikan lebih lanjut untuk menggunakan sampel air liur sebagai bahan check up. Ini karena peneliti harus memahami jalur di mana tingkat sekresi harus dianggap sebagai penyebab kondisi tersebut. Jika antibodi ditemukan sangat rendah, ini akan menjadi indikator awal yang menunjukkan risiko. Para peneliti berencana untuk menindaklanjuti dan menyelidiki hubungan antara temuan mereka dengan penyakit menular.