Mulai terlihat di ufuk timur. Untuk Karto, tersebut waktunya bersihkan becak bututnya yang saat ini dimodifikasi jadi becak motor supaya tetaplah tampak cling.
Ya, Karto yaitu salah seseorang warga Kota Santri yang berprofesi tukang becak. Sesudah salat Subuh, dia mengayuh pedal becaknya dari Kecamatan Kabuh sampai 20 km ke utara Kota Jombang sehari-hari.
Walau cuma memercayakan becak kesayangannya, Karto nyatanya jadi salah seseorang calon jamaah haji (CJH) dari Jombang yang melunasi BPIH step II. Dia akan pergi ke Makkah pada Agustus ini.
Butuh perjuangan ekstrakeras untuk Karto untuk menghimpun duit beberapa puluh juta rupiah. ”Awalnya, begitu susah menghimpun duit sembari membaginya untuk keperluan berbelanja
keluarga. Bahkan juga, saya pernah tak memberi duit berbelanja pada istri, ’’ kenangnya.
Lelaki 67 th. itu meneruskan, walau awalannya cuma dapat nyelengi Rp 5 ribu /hari, dia diizinkan pergi th. ini lantaran rida Allah. ”Bahkan, saya pernah menyisihkan Rp 1. 500 satu hari. Lantaran Sang Pangeran mengizinkan, ya berikut karunia-Nya, ’’ katanya.
Lembar demi lembar rupiah yang disisihkan Karto itu menaruh narasi spesial. ”Saya kumpulkan dibawah kasur, terkadang juga dibawah bantal. Bila telah terkumpul banyak, saya tabung (di bank, Red), ’’ katanya.
Bertempat tinggal dirumah kayu memiliki ukuran 5 x 2 mtr. di Dusun Klubuk, Desa Sukodadi, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, berbarengan istri serta dua cucunya, Karto menjelaskan kalau kehidupannya dipenuhi perjuangan pahit. ”Sebelum saya jadi tukang becak, disini (Dusun Klubuk, Red) adalah tempat lokalisasi. Saya serta istri bekerja sebagai tukang parkir. Dahulu kerap terkena razia, ’’ katanya.
Tetapi, bersamaan menambahnya umur, tenaga Karto tidak cukup kuat untuk mengayuh becak. Jadi, dia memodifikasi becak dengan memberi sebagian rangkaian mesin sampai jadi becak motor. ”Setelah itu, saya agak terbantu. Memakai becak motor lebih gampang serta saya cukup kuat untuk bekerja, ’’ ucapnya.
