Hakikat syukur harus mencakup tiga komponen; hati, lisan, dan anggota
badan. Hati mengakui pemberi nikmat adalah Allah sehingga melahirkan
kecintaan kepada-Nya. Lisan, menyebut nikmat Allah dengan Hamdalah dan
menyandarkan nikmat kepada-Nya. Sedangkan syukur anggota badan,
menggunakan nikmat untuk ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat
terhadap-Nya.
Syukur adalah hak Allah yang wajib ditunaikan para hamba-Nya. Allah
telah memerintahkan syukur di banyak ayat Al-Qur'an. Menunjukkan
pentingnya masalah syukur dan kedudukannya yang tinggi di sisi Allah.
Tidaklah memperolehnya kecuali orang-orang yang mendapat taufiq dan
memiliki kesungguhan yang tinggi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’: 13)
Karenanya, misi iblis dan para pengikutnya adalah menjadikan manusia jauh dari kesyukuran.
ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ
أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ
وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari
. . . Sedangkan syukur anggota badan, menggunakan nikmat untuk ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat terhadap-Nya. . .
Ada sebagian orang yang memahami syukur terbatas pada ucapan lisannya.
Yaitu pujian kepada Allah dan menyebut nikmat-nikmat-Nya. Sementara
dirinya jauh dari ibadah dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Abu Hazim berkata, ”sesungguhnya orang yang hanya bersyukur dengan
lisannya itu seperti seseorang yang memiliki pakaian tetapi ia hanya
memegang ujungnya, tidak memakainya. Maka ia pun tidak terlindungi dari
panas, dingin, salju, dan hujan.” Wallahu A'lam.
CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DEISGN
