Sejatinya kehadiran tukang sayur tiap pagi membuat para ibu bisa lebih
mudah dan cepat memperoleh bahan menu impian. Tetapi ibu-ibu sering juga
bagaikan "musuh dalam selimut" atau "benci tapi rindu" terhadap tukang
sayur. Mereka membutuhkan, tetapi di sisi lain mereka ingin menekan
tukang yang satu ini.
Tekanan-tekanan itu yang menjadikan para ibu ini melakukan
kesalahan/dosa tanpa sengaja. Apa saja "dosa" ibu-ibu pada tukang sayur:
1. Menawar dagangan terlalu murah
Keunikan belanja di pasar tradisional maupun tukang sayur adalah bahwa
kita bisa menawar harga barang. Tapi untuk harga sayur/buah/pangan pokok
lainnya, biasanya pedagang tidak akan membandrol barang dengan harga
yang terlalu tinggi. Apalagi dengan asas persaingan sempurna, mereka tak
mau terlalu banyak selisih harga dengan pedagang lain karena kuatir
kehilangan pelanggan. Karena itu kita sebaiknya menjaga adab dalam
menawar harga. Berilah tawaran harga yang sewajarnya.
Jangan sampai pedagang melepas barangnya pada kita dengan rasa
terpaksa/tidak ikhlas. Keterpaksaan itu bisa mengurangi keberkahan dalam
barang yang akan kita konsumsi.
2. Pesan suatu barang tetapi tidak jadi dibeli.
Ketahuilah bunda, modal yang dimiliki tukang sayur itu sudah ada
peruntukannya. Dia sudah mempelajari bahan apa saja yang ingin dikulak
sesuai kecenderungan konsumen. Jika kita pesan suatu barang tertentu,
modalnya akan terpakai untuk kita. Jika kita tak jadi membelinya, tentu
menjadi kerugian baginya. Masih bagus jika barang pesanan kita itu ada
yang menggantikan. Jika tidak, modal si pedagang akan tertahan di barang
tersebut. Ini akan mengurangi kemampuannya kulakan barang di hari
berikutnya.
3. Berhutang pada tukang sayur dalam waktu lama, tapi membayar tunai pada toko besar.
Sudah rahasia umum sebagian ibu berhutang pada tukang sayur, bahkan
dalam jangka waktu lama. Namun di waktu yang relatif sama, ibu tersebut
mampu membeli barang-barang di toko besar/swalayan. Sudah tentu di
swalayan ia harus membayar tunai. Bukan masalah jika ibu sedang
kesulitan keuangan. Tetapi hendaknya disertai empati untuk menahan
keinginan membeli barang-barang lain yang kurang perlu.
Terlalu lama ibu berhutang, membuat tukang sayur menjadi kekurangan modal.
4. Mengutil
Seorang tukang sayur bercerita pada saya, di tengah keramaian orang
belanja, suka ada ibu-ibu yang mengutil barang. Perilaku itu tidak hanya
sekali tapi bisa beberapa kali dilakukannya. Juga tidak hanya satu-dua
ibu yang melakukan pengutilan itu.
Tukang sayur tidak mau menegurnya karena kasihan jika ibu tsb menjadi malu di hadapan orang banyak.
5. Selalu ingin dilayani lebih dahulu.
Karena ibu-ibu enggan bersabar, tukang sayur menjadi panik. Kadang
hitung-hitungan manualnya kacau alias salah harga. Ini juga berpotensi
mengakibatkan kerugian.
6. Berinisiatif mengambil bonus sendiri
Kadang ada ibu-ibu menambahkan suatu barang sebagai bonus/pembulatan
harga belanjaannya. Sebaiknya kita tanya dulu pada tukang sayur apakah
ia membolehkan? Akan lebih baik jika ia yang memilihkan/menentukan jenis
bonusnya. Sekalipun hanya sebutir tomat kecil yang kita minta, jika
harganya sedang tinggi tentu akan memberatkannya.
Demikian hal-hal kecil yang sering dilakukan ibu-ibu terhadap tukang
sayur. Semoga kita tak termasuk dalam kategori ibu-ibu yang lalai dalam
hal tersebut.
CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DESIGN