T Akbar Maulana |
Di depan ustad yang menjadi pembimbingnya dalam Program 30 Hari
menghafal Alquran, yang dihelat di Bangka Belitung pada Juni lalu, T
Akbar Maulana, menelepon sang ibu di Susoh, Aceh Barat Daya (Abdya). Ia
memperdengarkan hafalan terakhir yang menasbihkannya sebagai khatmil
(telah menamatkan bacaan Alquran). Sementara dari kejauhan, sang ibu dan
ayahnya terdengar menyambutnya dengan penuh haru sambil bersujud
syukur.
Prestasi gemiliang dan luar biasa itu dicapai Akbar tepat di usianya
yang ke-17 tahun. “Saya mengikuti program menghafal Alquran dalam 30
hari untuk mengisi masa libur. Namun karena terlebih dulu harus
mengikuti ujian, maka saya terlambat seminggu. Alhamdulilah saya bisa
mengejar ketertinggalan dan akhirnya bisa hafal Quran dalam 14 hari,”
terang Akbar didampingi keluarganya saat berkunjung ke kantor Harian
Serambi Indonesia Banda Aceh, Sabtu (25/7).
Teknik menghafal
Anak ke-2 dari tiga bersaudara pasangan T Djusri dan Rina S ini tercatat
sebagai siswa kelas 3 di International Anatolian Imam Khatip High
School Kayseri-Turkey. Mengikuti pendidikan setara SMA dan terpilih
sebagai penerima beasiswa pemerintah Turki. Ia bersyukur dan tak mau
takabur bahwa di usianya yang masih muda belia sudah bisa menghafal 30
juzz Alquran.
Alumnus Pesantren modern Darul Ulum, Jambo Tape, Banda Aceh itu mengaku
kunci dari menghafal Quran adalah adanya niat yang lurus, doa yang
tulus, dan usaha yang serius. “Sedangkan tekniknya yaitu hafal dulu,
hafal lagi, dan hafal terus. Sebuah teknik sederhana yang tak
sesederhana praktiknya.
Tiga pekan yang dihabiskan selama di Bangka Belitung menorehkan
pengalaman tak terlupakan bagi diri Akbar. Ia adalah angkatan ke-3 yang
mengikuti program besutan “Sabahat Quran” yang diikuti 46 peserta
se-Indonesia. Sebelumnya program yang digelar setahun dua kali itu
dihelat di Bali dan Bandung.
Pemilihan tempat juga bukan tanpa alasan. Panorama alam yang indah lagi
asri serta tentunya jauh dari hiruk pikuk kota membuat Akbar lebih mudah
dalam menghafal. Atmosfir itu sengaja diciptakan agar para calon hafiz
merasa santai dan tak terbeban. “Keseringan menghafalnya di alam
terbuka. Bisa di ayunan atau sambil dayung perahu di danau. Diselingi
sama olahraga dan istirahat juga pastinya,” cerita Akbar.
Dengan bersemangat bintang utama film dokumenter Selfie Jihad besutan
sebuah rumah produksi di Jakarta ini membeberkan ritual dirinya selama
menjalani program tersebut. Ia memulai hari dengan bangun dini hari
pukul 03.30 WIB. Aktivitas dimulai dengan shalat Tahajud yang
dilanjutkan dengan mengaji, shalat Subuh, dan baru kemudian mulai
menghafal Quran.
Untuk menjaga stamina, Akbar juga kerab berolahraga dan tak lupa makan
dan istirahat yang cukup. Kegiatan menghafal kembali dilanjutkan pada
pukul 13.00-17.00 WIB. Istirahat sejenak dan lanjut lagi pukul
19.00-23.00 WIB. Ia biasa melahap hafalan 3-5 halaman setiap harinya.
“Selama di Bangka Belitung saya menghafal hingga 15 jam setiap harinya.
Sebelum masuk program ini, saya sudah hafal 7 juz. Hanya saja waktu ikut
program itu memang lebih fokus karena banyak waktu dan sering dikasih
motivasi dan muhasabah juga biar semangat,” tutur Akbar.
Ia juga membeberkan metode lainnya jika ingin menjadi hafiz, di
antaranya menghafal cara ustmani, cara menulis, cara per baris, cara per
5 halaman, dan lain sebagainya. Intinya Akbar menegaskan, segala
pekerjaan diawali dengan niat. Kegiatan menghafal dimulai dengan
membaca, menghafal, dan bukan sekedar menghafal melainkan diresapi
dengan hati.
Akbar yang bercita-cita menjadi ustad yang multitalenta ini mempunyai
motto: enjoying your self with serious moving. Tak heran jika ia telah
menorehkan segudang prestasi, baik di tingkat lokal hingga Asia. Sebagai
jebolan pesantren modern kesohor di Aceh yang kini menimba ilmu di
Turki, Akbar menguasai tak kurang dari lima bahasa, yaitu bahasa Aneuk
Jamee sebagai bahasa ibu, bahasa Indonesia, Inggris, Turki, dan mengerti
bahasa Thailand.
Mengulang hafalan
Akbar mengakui untuk mengulang hafalan (murajaah) lebih sulit dari pada
saat menghafal. Namun ia sudah bertekad menjaga hafalannya hingga nyawa
terpisah dari raga. Untuk itu ia punya trik tersendiri yaitu mengulang
hafalan per harinya satu juzz. Ritual itu biasanya dilakoni selama satu
jam pada seperti malam atau menjelang subuh serta satu jam menjelang
tidur. Menurutnya itulah waktu yang tepat untuk menghafal.
Selain itu ia menyarankan agar tak bergonta ganti Alquran lantaran otak
manusia dirancang untuk merekam, termasuk merekam peletakan ayat. Bisa
juga menggabungkan beberapa metode sekaligus yaitu 30 persen menghafal
dengan suara, 40 persen menghafal dalam hati, dan 30 persen menghafal
dengan mendengar (audio) yang dilantunkan oleh Syeikh. Yang terakhir
disebutkan sekaligus untuk mengoreksi jika ada bacaan yang salah.
CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DESAIN