Inilah seorang sahabat pilihan Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Beliau berasal dari kalangan Anshar sang penolong Muhajirin. Merupakan
salah satu pemuka suku Thaibah yang menyambut dakwah dengan suka cita
penuh bahagia.
Beliau amatlah mulia. Saat gugur sebagai syuhada’ dalam medan jihad dan
ruhnya terbang ke langit tertinggi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda, “’Arsy ar-Rahman berguncang.”
Dalam kesempatan lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga
memuji sang sahabat mulianya ini dengan mengatakan, “Inilah tangan yang
dicintai Allah dan tidak akan disentuh api neraka.”
Mengisahkan sosok sahabat agung ini, Ustadz Salim A. Fillah menuliskan
dalam Lapis-lapis Keberkahan, “adalah seorang yang amat tekun bekerja,
hanya makan dari apa yang dihasilkan oleh tangannya sendiri, meski dia
seorang pemimpin kabilah.”
Sebagai gambaran saking rajin dan telatennya bekerja demi kehormatan
diri, mencukupi kebutuhan keluarga, dan membiayai jihad, Ustadz Salim A.
Fillah melanjutkan kisahnya dengan mengatakan, “Telapaknya menjadi
kasar, berkapal, lagi pecah-pecah oleh kerasnya dia bergawai di ladang
kurma.”
Kerja kerasnya itulah yang membuat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
mengatakan, bahwa tangan sang sahabat ini dicintai Allah Ta’ala dan
tidak akan tersentuh api neraka. Jika tangannya saja terlindungi, sudah
tentu pemilik tangan pun akan diperlakukan serupa.
Kerja. Itulah kuncinya. Atas nama Allah Ta’ala, dengan niat karena-Nya,
demi memakmurkan diri, mengupayakan nafkah keluarga, dan membangun
kemandirian umat; agar tidak menjadi generasi lemah yang pekerjaannya
menjadi peminta-minta.
Betapa mulianya Islam, bahkan amalan yang manfaatnya kembali kepada
pelakunya, Allah Ta’ala janjikan ganjaran yang amat agung. Menakjubkan.
Maka lihatlah mereka, generasi terbaik umat ini. Semuanya adalah pekerja
ikhlas, cerdas, dan keras. Tiada satu pun di antara mereka yang lemah
dan menjadi peminta-minta. Jika pun tak kaya harta, mereka menjaga harga
diri dengan puas atas karunia Allah Ta’ala yang selalu melebihi dari
makna cukup.
Semoga kita bisa meneladani. Apalagi ketika fisik sehat dan banyak
peluang yang bisa diciptakan. Agar kita bisa berada di barisan sahabat
mulia selayak Sa’ad bin Mu’adz yang disabdakan oleh Nabi, “Inilah tangan
yang dicintai Allah dan tidak akan disentuh api nerakaCAR,FOREX,SEO,DOMAIN,HOSTING,HEALTH