Mungkin kamu sudah sering mendangar kata ini: rezeki jodoh dan maut sudah diatur oleh Allah SWT, nah yang dibahas sekarang adalah, jika rezeki sudah diatur sama Allah SWT kenapa kita harus capek-capek kerja. Toh tetap aja uang atau rezeki sudah ada yang nagtur.
Nah, hal ini perlu kita angkat jadi pembicaraan yang menurut saya
penting. Disebutkan dalam sebuah riwayat, Malaikat Jibril mendatangi
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mengatakan bahwa Allah Ta’ala
menjamin rezeki bagi semua hamba-Nya hingga meninggal dunia.
Jika memang rezeki sudah dijamin terkait jumlah, waktu, dan segalanya,
buat apa kita bekerja? Selain terjamin jumlah dan ketepatan waktunya,
terjaminnya rezeki juga terletak pada kepastiannya. Tidaklah seorang
hamba dihidupkan, kecuali Allah Ta’ala telah menetapkan baginya jatah
rezeki hingga seseorang meninggal dunia. Bahkan, ketetapan itu sudah
tercatat di Lauhul Mahfudz secara lengkap dan detail.
Terjaminnya lagi, jatah rezeki mustahil dirusuhi, dirusak, diganggu,
dilarang, atau digagalkan oleh makhluk mana pun. Jika sesuatu sudah
ditetapkan sebagai rezeki bagi seorang hamba, maka ianya akan sampai,
meski seluruh makhluk membuat makar untuk menghalangi rezeki tersebut.
Sebaliknya, jika bukan rezekinya, maka upaya seluruh makhluk untuk
mendatangkan rezeki bagi hamba tersebut mustahil berhasil. Allah Ta’ala
Mahakuasa dan ketetapan-Nya tidak bisa dilawan oleh makhluk mana pun.
Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Karenanya, rezeki mustahil nyasar atau salah alamat. Tidak ada alamat
palsu dalam soal rezeki. Semuanya tertulis rapi dan pasti
didistribusikan kepada yang berhak mendapatkannya.
Bahkan terkait setiap butir kecil garam, ianya sudah ditetapkan untuk
direzekikan kepada siapa, kapan waktunya, dan bagaimana caranya.Jika
memang seperti ini, maka bekerja bukanlah satu-satunya jalan menjemput
rezeki seperti yang dikutip dalam blog muslimahcorner.
Bekerja hanyalah satu di antara sekian banyak jalan yang mungkin
mendatangkan rezeki. Bekerja hanyalah salah satu perintah Allah Ta’ala
agar kita mencari karunia-Nya yang terbentang di muka bumi.
Maka, sebagaimana laiknya ibadah lainnya, bekerja pun harus dikerjakan
secara ikhlas dan sesuai sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ikhlas ialah memurnikan niat hanya untuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Sedangkah meneladani Nabi dalam bekerja adalah mencukupkan diri dengan
yang halal dan menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari segala jenis
keharaman dan jalan yang mengantarkan kepadanya.
Selanjutnya, sebagaimana ibadah wajib yang dibaguskan dengan amalan
sunnah, bekerja pun begitu. Harus kita baguskan detailnya dengan nama
profesionalisme. Dikerjakan dengan sebaik mungkin. Jangan asal-asalan.
Jangan main-main.
Apalagi, ada dosa-dosa yang tidak bisa hilang kecuali jika seorang
laki-laki bekerja untuk mengupayakan nafkah bagi istri, anak-anak, dan
keluarganya yang lain.
Semoga artikel sederhana dan simple ini bermanfaat buat kita semua, amin…